Gejala Tahap Lanjutan: HIV Kronis
Berikutnya adalah tahap infeksi klinis laten atau HIV kronis. Pada tahap ini, HIV masih ada dalam tubuh dan dalam sel darah putih. Namun, banyak orang mungkin tidak memiliki gejala atau infeksi selama waktu ini. Saat virus terus berkembang biak dan menghancurkan sel-sel kekebalan tubuh, penyakit berkembang menjadi HIV simptomatik, ditandai dengan gejala kronis seperti:
Ada dua jenis penyakit HIV, yaitu HIV tipe 1 dan HIV tipe 2. Keduanya sama-sama bisa berkembang menjadi AIDS, tetapi terdapat perbedaan antara keduanya. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai kedua jenis penyakit HIV.
HIV tipe 1 adalah jenis HIV yang paling umum dan tersebar di seluruh dunia. Menurut badan amal kesadaran HIV, Avert, yang dikutip dari Medical News Today, sekitar 95% penderita HIV memiliki HIV tipe 1. Penularan virus HIV tipe 1 pun lebih besar daripada virus HIV tipe 2, baik melalui hubungan seksual maupun antara orang tua dan bayi melalui kehamilan dan menyusui. Selain itu, penderita yang menjalani diagnosis untuk mendeteksi penyakit HIV tipe 1 tidak bisa mendeteksi adanya penyakit HIV tipe 2.
Baca juga: Waspada, Pahami 5 Gejala Hepatitis Akut!
Sementara itu, HIV tipe 2 banyak ditemukan di Afrika Barat, tetapi mulai muncul secara perlahan di wilayah lain, termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan India. HIV tipe 2 lebih sulit untuk ditularkan dibandingkan dengan HIV tipe 1. Metode penularan penyakit HIV tipe 2 yang umum adalah hubungan seks, tetapi tingkat penularannya sekitar lima kali lebih rendah dibandingkan dengan HIV tipe 1. Antara orang tua dan bayi yang baru lahir, tingkat penularan HIV tipe 2 pun sekitar 20-30 kali lebih rendah dibandingkan dengan HIV tipe 1. Untuk orang yang berisiko tinggi terinfeksi HIV tipe 2, dokter melakukan tes untuk antibodi atau antigen terhadap penyakit ini.
Baca juga: 10 Manfaat Mandi Air Hangat yang Baik Bagi Kesehatan Tubuh | Prudential Indonesia
Penyebab Seseorang Mengidap HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah gangguan yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit. Sampai saat ini, HIV belum bisa disembuhkan. Namun, pengobatan atau terapi bisa dilakukan untuk menekan atau memperlambat berkembangnya penyakit.
Dengan mengetahui penyebab HIV sejak dini dan penanganan yang efektif, seseorang yang mengidap HIV tidak akan mengalami AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) yaitu gangguan yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh akibat infeksi HIV. Lalu, apa saja hal yang dapat menjadi penyebab seseorang mengidap HIV? Umumnya, penyebaran penyakit yang melemahkan sistem kekebalan tubuh ini disebabkan oleh beberapa cara, seperti:
Perawatan Kesehatan yang Tepat
Penderita HIV memerlukan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dan tepat guna, seperti pemantauan rutin oleh tenaga medis yang terlatih dalam pengelolaan HIV/AIDS. Perawatan ini mencakup pemantauan tingkat virus HIV dalam darah (viral load), pengukuran jumlah sel CD4 (indikator kesehatan sistem kekebalan tubuh), dan pemeriksaan kesehatan lainnya untuk mendeteksi dan mengatasi komplikasi sejak dini.
Baca juga: Apa itu Parkinson? Penyebab, Gejala, Faktor dan Pencegahannya | Prudential Indonesia
Berbagi Pemakaian Jarum
Seseorang juga dapat terserang HIV jika berbagi perlengkapan obat intravena yang telah terkontaminasi, seperti jarum dan jarum suntik. Selain HIV, kamu juga dapat tertular penyakit menular lainnya, seperti hepatitis.
Penyebab HIV lainnya yang membuat seseorang terserang adalah transfusi darah. Pada beberapa kasus, seseorang yang telah mengidap virus tersebut di dalam tubuhnya yang belum terdiagnosis akan memberikan sebagian darahnya kepada orang lain. Maka dari itu, bank darah selalu memeriksa suplai darah yang diterima untuk meminimalisir risiko ini.
Baca juga: Harus Tahu, HIV dan AIDS Itu Berbeda
Gejala yang Ditimbulkan HIV
Setelah mengetahui beberapa hal yang menjadi penyebab HIV, kamu juga harus tahu gejala-gejala yang ditimbulkannya. Gejala dari HIV tergantung pada tahapan infeksi yang terjadi. Gangguan tersebut terbagi menjadi 3 tahap, antara lain:
Tahap pertama merupakan serokonversi yaitu periode waktu tertentu yang terjadi ketika antibodi HIV sudah mulai berkembang untuk melawan virus. Gejala awal HIV mirip dengan penyakit flu, seperti sakit tenggorokan, demam, muncul ruam pada tubuh, pembengkakan noda limfa, penurunan berat badan, diare, mudah lelah, tulang yang terasa nyeri, dan nyeri otot.
Gejala HIV di tahap pertama dapat terus berlangsung selama satu hingga dua bulan atau bahkan lebih lama. Walau begitu, beberapa orang mungkin tidak mengalami satu gejala pun. Maka dari itu, jika kamu mengidap gangguan-gangguan yang mengarah pada gejala HIV, ada baiknya segera lakukan pemeriksaan supaya penanganan dapat segera dilakukan.
Pada tahap ini, gejala HIV yang terjadi dapat menghilang selama bertahun-tahun. Namun, virus tersebut masih berlipat ganda dengan tingkat yang sangat rendah. Periode ini disebut juga dengan masa inkubasi saat virus yang berada di dalam tubuh terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
Seseorang bisa saja tidak menyadari jika dirinya sudah mengidap HIV dan menularkannya kepada orang lain. Tanpa adanya pengobatan, seseorang dapat bertahan selama 10 hingga 15 tahun, bahkan bisa saja lebih cepat.
Jika seseorang mengidap HIV dan tidak mendapatkan pengobatan, virus tersebut akan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Pada akhirnya, infeksi tersebut akan berubah menjadi AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) dan tubuh akan sulit melawan infeksi. Beberapa gejala yang dapat timbul adalah penurunan berat badan yang cepat, kelelahan ekstrem tanpa sebab, pneumonia, dan diare yang terjadi lebih dari seminggu. Dengan kondisi seperti ini, pengidap akan lebih mudah terserang penyakit serius.
Baca juga: Hubungan Intim Sehat, Cari Tahu Gejala HIV/AIDS
Itulah beberapa hal yang dapat diketahui tentang penyebab dan gejala yang timbul disebabkan oleh HIV. Dengan pengetahuan tentang penyakit yang mengganggu sistem kekebalan tubuh tersebut, kamu dapat lebih berhati-hati agar hal tersebut tidak terjadi pada dirimu.
Melalui Kehamilan, Persalinan, atau Menyusui
HIV juga dapat terjangkit pada bayi melalui ibunya yang telah terinfeksi sebelumnya. Hal ini dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, hingga saat menyusui. Seorang ibu yang telah positif mengidap HIV dan telah mendapatkan pengobatan untuk gangguan tersebut, risiko untuk bayinya akan menurun secara signifikan.
Jika kamu mempunyai pertanyaan perihal penyebab HIV, dokter dari Halodoc siap memberikan jawaban. Caranya terbilang mudah, kamu cukup download aplikasi Halodoc di Apps Store atau Play Store untuk mendapatkannya!
Kasus penyakit HIV mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada bulan Mei 2023 kemarin, Kementerian Kesehatan dalam website-nya merilis data bahwa penularan penyakit HIV banyak didominasi oleh ibu rumah tangga dengan jumlah penambahan kasus sebesar 5.100 setiap tahunnya. Penyebabnya tidak lain karena pengetahuan yang rendah mengenai pencegahan dan dampak penyakit HIV, serta tidak menyadari bahwa pasangannya berisiko mengidap penyakit tersebut.
Selain HIV, masih ada penyakit lainnya akibat virus yang perlu diwaspadai. Anda bisa membaca informasi ini dalam artikel Gak Cuma Korona, Waspadai Juga 5 Penyakit Akibat Virus Lainnya!
Kali ini, Prudential akan membahas seluk-beluk penyakit HIV untuk meningkatkan kesadaran Anda mengenai bahaya penyakit ini. Simak penjelasannya sampai selesai!
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel darah putih yang disebut sel CD4. HIV menghancurkan sel CD4 sehingga melemahkan kekebalan manusia terhadap penyakit, seperti tuberkulosis dan infeksi jamur, infeksi bakteri tingkat berat, dan beberapa jenis kanker.
Infeksi HIV merupakan penyakit menular seksual (PMS). HIV menular melalui darah atau cairan tubuh yang sudah terkena virus ini. HIV bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh dalam jangka waktu panjang. Tanpa pengobatan yang tepat, HIV bisa berkembang menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Sampai saat ini, HIV belum ditemukan obatnya. Namun, penyebaran HIV bisa ditahan dengan berhubungan seksual secara aman dan bertanggun jawab, yaitu menggunakan pengaman dan juga menghindari penggunaan obat-obatan terlarang.
Baca juga: Apa itu Burnout? Penyebab, Ciri dan Cara Mengatasinya | Prudential Indonesia
Terapi Antiretroviral (ARV)
Terapi ARV bekerja dengan menghentikan perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh. ARV bekerja untuk menghalangi virus, mencegahnya berkembang biak, dan menurunkan jumlah virus dalam darah. Dengan mengontrol jumlah virus HIV, sistem kekebalan tubuh diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Memahami Cara Penularan HIV
Walaupun HIV tidak menyebar melalui sentuhan sehari-hari seperti berjabat tangan, pelukan, atau menggunakan toilet bersama, penting untuk memahami dan menghormati hak privasi orang yang terdiagnosis HIV. Edukasi dan pemahaman yang benar tentang cara penularan HIV membantu mengatasi stigma dan diskriminasi yang sering kali dialami oleh orang dengan HIV.
Melalui Kehamilan, Persalinan, atau Menyusui
HIV juga dapat terjangkit pada bayi melalui ibunya yang telah terinfeksi sebelumnya. Hal ini dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, hingga saat menyusui. Seorang ibu yang telah positif mengidap HIV dan telah mendapatkan pengobatan untuk gangguan tersebut, risiko untuk bayinya akan menurun secara signifikan.
Jika kamu mempunyai pertanyaan perihal penyebab HIV, dokter dari Halodoc siap memberikan jawaban. Caranya terbilang mudah, kamu cukup download aplikasi Halodoc di Apps Store atau Play Store untuk mendapatkannya!